Amalan Do'a untuk terbebas maupun terhindar dari hutang

Amalan / Do'a untuk terhindar dari hutang

Mau? dikasih ijazah langsung dari Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Beliau ketika pagi menyingsing, hampir tdk pernah ketinggalan membaca Dzikir pagi, seperti yang banyak diriwayatkan para perawi sabda-sabda Mulia-beliau shallallahu 'alaihi wasallam;

أَصْبحْنا وأصْبحَ الْمُلْك للهِ ربّ الْعالمين، اَللّهمّ أسألك خيْر هذا الْيومِ فتحَه ونصرَه ونورَه وبركتَه وهُدَاه وَأعوْذ بك مِن شرّ ما فيه وشرّ ما بعْدَه

Saya sengaja tdk menerjemahkan kandungan makna-nya, dan saya berani mengatakan "dikasih ijazah", karena saya membaca sendiri dalam akhir kumpulan Sabda~Mulia Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, diantaranya terdapat dalam kitab "Al-Adzkar Lin Nawawi", beliau Kiai Mushanif katakan "ajaztu riwayatahu li jami'i al-mu'minin", yang artinya "aku telah meng-ijazah-kan semua riwayat (yang berada dalam kitab tsbt) kepada seluruh umat islam".

Kalau yang ini, kesukaan saya Dzikir Nabi, supaya terbebas dari lilitan hutang.

اللهم إني أعوذ بوجهك الكريم وبكلماتك التامة من شر ما أنت آخذ بناصيته اللهم أنت تكشف المغرم والمأثم اللهم لا يهزم جندك ولا يخلف وعدك ولا ينفع ذا الجد منك الجد سبحانك وبحمدك

Boleh diamalkan atau disimpan, halal dibagikan, semoga kita terbebaskan dari kesulitan-kesulitan yang menipiskan ke-imanan..... amiin.

Amalan Do'a Agar Terbebas Dari  HUTANG dll


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

"aallohumma inni a'udzubika minal hammi wal hazani wal 'ajzi wal kasali wal bukhli wal jubni wa dhala'iddaini wa ghalabatir rijaal"
"Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) menggelisahkan dan menyedihkan, lemah dan malas, bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang."
[HR. Bukhari No. 2893]

Assalamualaikum ustadz,

saya saat ini sedang ada masalah besar yang sulit sekali saya selesaikan sendiri,saya adalah seorang perempuan 33 tahun yg menjadi tulang punggung keluarga,karena kebangkrutan keluarga saya karena ayah saya terjerumus ke dalam hal yg tdk baik,sejak saat itu kehidupan menjadi sangat berat bagi kami ustadz, hutang bertumpuk,masalah bertubi tubi,semampu dan sekuat saya saya berusaha tabah dan menjalaninya ustadz,namun rasanya sekarang ini saya sudah berada di limit kemampuan saya ustadz.

Saya terlilit masalah di kantor dimana saya harus membayar urusan saya itu dgn jumlah yg besar sebesar 250 juta,jika tdk maka saya akan dipenjarakan,saya jingung ustadz,saya sudah berusaha kesana kemari untuk meminta pertolongan,namun tdk satupun yg tergerak,pun saudara saya yg mampu.

Saya memikirkan banyak hal jika sampai saya harus penjara ustadz,masa depan saya,keluarga saya,namun rasanya sudah habis daya saya untuk bertahan,saya ingin pergi saja jauh meninggalkan semua ini,lari dari semua ustadz,sampai saya di hadapkan pada pilihan,dapat bantuan namun dgn kristenisasi,masya Allah ustadz,saya tidak ingin menggadaikan keimanan saya,tp adakah keajaiban dan pertolongan bagi saya untuk keluar dari masalah ini selain dengan cara seperti itu,saya sungguh tidak ingin dipenjara ustadz.

Saya sangat mohon petunjuk dan jawaban dr ustadz.. Terima kasih,wassalamualaikum

Jawab

Wa alaikumus salam wr wb.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(QS: Al-Baqarah Ayat: 186)


Firman Allah swt :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ ﴿١٦﴾
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ ﴿١٧﴾

Artinya : “Dan Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.”
(QS. Qoff : 16 – 17)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:َ “مَنْ لَمْ يَسْأَلْ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ” (رواه الترمذي).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang tidak memohon (berdoa) kepada Allahmaka Allah justru akan murka kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi).

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ } قَالَ: “الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ” وَقَرَأ:َ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} إِلَى قَوْلِهِ { دَاخِرِينَ } (رواه الترمذي وأبو داود وابن ماجة وأحمد، وقَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ).

Dari Nu’man bin Basyir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang firman Allah: “Dan Tuhan-mu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan (doa) bagimu.” [QS Ghafir: 60], Beliau bersabda: “Doa adalah ibadah”, beliau lalu membaca: “WA QAALA RABBUKUM UD’UUNII ASTAJIB LAKUM” (Dan Tuhan-mu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Akuu kabulkan (doa) bagimu) sampai akhir ayat: “DAAKHIRIIN.(dalam kedaan hina dina)” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Abu Isa [At-Tirmidzi] berkata: Hadits ini hasan shahih).


Ada baiknya anda perhatikan hadis berikut :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ:

((دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ الْمَسْجِدَ فَإِذَا هُوَ بِرَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ يُقَالُ لَهُ أَبُو أُمَامَةَ فَقَالَ: يَا أَبَا أُمَامَةَ مَا لِي أَرَاكَ جَالِسًا فِي الْمَسْجِدِ فِي غَيْرِ وَقْتِ الصَّلَاةِ ؟ قَالَ: هُمُومٌ لَزِمَتْنِي، وَدُيُونٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: أَفَلَا أُعَلِّمُكَ كَلَامًا إِذَا أَنْتَ قُلْتَهُ أَذْهَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمَّكَ، وَقَضَى عَنْكَ دَيْنَكَ ؟ قَالَ: قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: قُلْ إِذَا أَصْبَحْتَ، وَإِذَا أَمْسَيْتَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ، وَقَهْرِ الرِّجَالِ، قَالَ: فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمِّي، وَقَضَى عَنِّي دَيْنِي))

)) رواه ابو داود


Abu Said Al-Khudhri radhiyallahu ’anhu bertutur: “Pada suatu hari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam masuk masjid. Tiba-tiba ada seorang sahabat bernama Abu Umamah radhiyallahu ’anhu sedang duduk di sana. Beliau bertanya: ”Wahai Abu Umamah, kenapa aku melihat kau sedang duduk di luar waktu sholat?” Ia menjawab: ”Aku bingung memikirkan hutangku, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya: ”Maukah aku ajarkan kepadamu sebuah do’a yang apabila kau baca maka Allah ta’aala akan menghilangkan kebingunganmu dan melunasi hutangmu?” Ia menjawab: ”Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,”Jika kau berada di waktu pagi maupun sore hari, bacalah do’a:


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ


”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.” Kata Abu Umamah radhiyallahu ’anhu: ”Setelah membaca do’a tersebut, Allah berkenan menghilangkan kebingunganku dan membayarkan lunas hutangku.” (HR Abu Dawud 4/353)

Jika anda memerlukan teks doa tersebut dalam bahasa indosia :

Allahumma inni a’udzu bika minal Hammi wal hazan, wa a’udzu bika minal ‘ajzi wal kasal, wa a’udzu bika minal jubni wal bukhl, wa a’udzu bika min ghalabatid dain wa qahrir rijal.

Silakan baca do’a tersebut kapan saja dan disertai keyakinan kuat bahwa Allahg mengabulkan do’a anda.

Wallahu a’lam

Selamat gara-gara tenda terbakar _ kelihatan musibah tapi menyelamatkan


Terkisahlah sebuah kapal penumpang yang karam. Satu orang berhasil menyelamatkan diri, bertahan hidup di sebuah pulau kosong, beberapa ratus meter dari lokasi tenggelamnya kapal.

Orang tersebut membangun semacam tenda dari pelepah dan daun kelapa, serta segala sesuatu yang ada di sekitarnya, untuk bertahan hidup, menanti datangnya bantuan. Tak lupa ia memanjatkan doanya kepada Tuhan, setiap hari, pagi maupun petang.

Suatu pagi, saat dia sedang mencari air tawar ke dalam pulau, agaknya ia lupa memadamkan api unggun. Sebuah bara diterbangkan angin, menyentuh tenda yang ia bangun. Terbakar.

Sekembalinya ke tepi pantai ia sangat terpukul. Melihat tendanya, rumahnya tempat bertahan hidup beberapa hari terakhir habis terbakar, menyisakan asap hitam pekat dan abu. Ia kemudian marah. Marah kepada Tuhan, merasa sudah berusaha bertahan hidup, merasa sudah berdoa, tetapi satu-satunya tempat yang ia punyai ditakdirkan hancur.

Satu jam sesudahnya ia semakin terkejut, karena tiba-tiba ada kapal kecil mendekat ke pulau untuk menyelematkannya.

Ketika ia bertanya bagaimana kapal tersebut bisa menemukannya, sang kapten kapal menjawab, “Saya melihat asap pekat membumbung dari pulau kosong. Pasti itu adalah Anda yang sedang bertahan hidup, yang kami cari selama beberapa hari terakhir ini!”

Maunya kalau sudah jadi

Seorang nenek pernah bertanya kepada cucunya,

“Nak, maukah kamu memakan telur ini?” tanya sang Nenek sembari mengacungkan sebutir telur.

“Nggak mau Nek, masak makan telur mentah?” jawab sang Cucu.

“Kalau di antara ini, adakah di antaranya yang kamu mau memakannya?” tanya sang Nenek kembali, sambil menyodorkan beberapa bahan pembuat kue seperti tepung terigu, baking soda, vanili, mentega, dan lain-lain.

Sang Cucu menjawab dengan wajah bertanya-tanya,”Ah, Nenek tu aneh-aneh aja, masak makan kayak gitu Nek? Jelas nggak ada yang mau, nggak ada yang enak dimakan!”

Sang Nenek kemudian menutup dialog itu dengan berkata, “Sekarang Cucu tidak mau memakannya. Tetapi nanti, saat kesemuanya berpadu menjadi kue, pasti tak akan kau tolak!”

Berdoalah, Pasti dikabulkan


1. Allah mewajibkan kita banyak-banyak berdoa kepada-Nya, dan menjanjikan serta menjamin untuk mengabulkan doa para pendoa. Dan tentu saja kita wajib meyakini dan mengimani janji serta jaminan itu sebagai sebuah kepastian, karena itu janji dan jaminan dari Allah Yang Maha Menepati janji.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka sesungguhkan Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia (benar-benar) berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah: 186).

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan (doa) bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong diri dari beribadah (berdoa) kepada-Ku, akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Al-Mukmin/Ghaafir: 60).

“Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau sebuah keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa” (QS. Ali-Imraan: 38).
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (Memperkenankan) doa” (QS. Ibrahim: 39).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:َ “مَنْ لَمْ يَسْأَلْ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ” (رواه الترمذي).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang tidak memohon (berdoa) kepada Allahmaka Allah justru akan murka kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi).
2. Doa adalah ibadah yang wajib kita tunaikan. Tapi ia sekaligus juga merupakan kebutuhan asasi kita. Disatu sisi karena ia sebagai bukti pengakuan akan kekurangan, kelemahan dan keterbatasan diri kita sebagai hamba yang fakir dan selalu butuh kepada Dzat Yang Maha Kaya, Allah Ta’ala (sehingga hanya orang sombong saja yang tidak mau meminta, memohon dan berdoa).
Dan disisi lain doa juga sebagai salah satu solusi jitu, jalan keluar terbaik dan sarana perlepasan termanjur dari berbagai himpitan kebutuhan, persoalan dan problematika hidup. Karena berdoa juga berarti mengadu dan curhat. Maka jika seseorang acapkali merasa ringan bebannya dan menjadi plong hanya karena menemukan orang yang bersedia mendengarkan keluhan, pengaduan dan curhat-nya, maka bagi kita orang beriman, tentulah hanya Allah Tempat mengeluh, mengadu dan curhat terbaik.

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ } قَالَ: “الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ” وَقَرَأ:َ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} إِلَى قَوْلِهِ { دَاخِرِينَ } (رواه الترمذي وأبو داود وابن ماجة وأحمد، وقَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ).

Dari Nu’man bin Basyir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang firman Allah: “Dan Tuhan-mu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan (doa) bagimu.” [QS Ghafir: 60], Beliau bersabda: “Doa adalah ibadah”, beliau lalu membaca: “WA QAALA RABBUKUM UD’UUNII ASTAJIB LAKUM” (Dan Tuhan-mu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Akuu kabulkan (doa) bagimu) sampai akhir ayat: “DAAKHIRIIN.(dalam kedaan hina dina)” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Abu Isa [At-Tirmidzi] berkata: Hadits ini hasan shahih).

“Hai manusia, kamulah yang fakir (selalu butuh) kepada Allah, sedangkan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak butuk apapun dan kepada siapapun) lagi Maha Terpuji” (QS. Faathir: 15).
”Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kalianlah orang-orang yang fakir (selalu butuh kepada-Nya). Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini” (QS. Muhammad: 38).

”Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf: 86).
3. Namun wajib dipahami bahwa, janji dan jaminan pengabulan doa itu berlaku, ketika doa dipanjatkan secara benar dengan sesuai syarat-syaratnya. Maka ketika sebuah doa benar-benar tertolak dan benar-benar tidak terkabul, maka pasti penyebabnya adalah karena adanya syarat yang tidak terpenuhi, atau adanya faktor yang menghalangi.
Dan diantara syarat-syarat dan faktor-faktor terkabulnya doa adalah:
1-Ikhlas
2-Sungguh-sungguh
3-Yakin dikabulkan
4-Husnudz-dzan kepada Allah
5-Sabar tidak terburu-buru alias tidak cepat mutung
6-Tawakkal menyerahkan penuh kepada Allah tentang bentuk dan waktu pengkabulan doanya
7-Serta tidak mendikte Allah harus mengabulkan doa persis sesuai keinginan sang pendoa (karena Allah-lah Yang Maha Tahu tentang yang paling maslahat bagi kita, sedang kita tidak tahu!)
8-Menyertai doa dengan usaha riil secara optimal dan maksimal sebagai bukti kesungguhan doanya, dan lain-lain.
Sedangkan faktor-faktor penghalang terkabulnya doa, antara lain:
1-Kebalikan semua syarat diatas
2-Berdoa dengan doa maksiat
3-Berdoa dengan doa pemutus tali silaturrahim
4-Mengonsumsi yang haram
5-Berbuat syirik
6-Meninggalkan kewajiban amar bil-ma’ruf dan nahi ‘anil-munkar, dan lain-lain.

”Katakanlah: “Tuhanku menyuruh berlaku adil”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri)mu[533] di setiap shalat dan beribadahlah (berdoalah) kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan, demikian pulalah kamu akan kembali (kepadaNya)” (QS. Al-A’raaf: 29).

”Maka Kami mengabulkan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut, dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami” (QS. Al-Anbiyaa’: 90).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ”. (رواه الترمذي).

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. At-Tirmidzi).

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “الْقُلُوبُ أَوْعِيَةٌ وَبَعْضُهَا أَوْعَى مِنْ بَعْضٍ فَإِذَا سَأَلْتُمْ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَيُّهَا النَّاسُ فَاسْأَلُوهُ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ لِعَبْدٍ دَعَاهُ عَنْ ظَهْرِ قَلْبٍ غَافِلٍ” (رواه أحمد).

Dari Abdullah bin ‘Amru bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Hati adalah ibarat bejana, dan sebagiannya lebih banyak menampung daripada sebagian yang lain. Wahai manusia, jika kalian memohon kepada Allah ‘azza wajalla, maka mohonlah kepada-Nya dengan keyakinan bahwa permohonan itu bakal dikabulkan. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan mengabulkan do’a seorang hamba yang memanjatkannya dari hati yang lalai.” (HR. Ahmad).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً” (متفق عليه).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat/menyebut-Ku. Jika ia mengingat/menyebut-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingat/menyebutnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat/menyebut-Ku dalam suatu perkumpulan, maka Aku mengingat/menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka (perkumpulan malaikat). Jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari.” (HR. Muttafaq ‘alaih).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي” (متفق عليه).

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “(Do’a) salah seorang diantara kalian pasti akan dikabulkan selagi ia tidak terburu-buru, dengan mengatakan; ‘Aku telah berdoa, namun tidak kunjung dikabulkan.’ (HR.Muttafaq ‘alaih).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: “لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ” قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ: “يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ” (رواه مسلم).

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Doa seorang hamba senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim dan tidak tergesa-gesa.” Seorang sahabat bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa? ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Yang dimaksud dengan tergesa-gesa adalah apabila orang yang berdoa itu mengatakan; ‘Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi tidak kunjung dikabulkan juga’. Setelah itu, iapun merasa putus asa (mutung) dan tidak mau berdoa lagi.’ (HR. Muslim).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:َ “أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ” (رواه مسلم).

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah Kami rezekikan kepadamu.’” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari sumber yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah mungkin akan dikabulkan doa orang seperti itu?.” (HR. Muslim).

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ” (رواه الترمذي وابن ماجة وأحمد، وقَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ).
Dari Hudzaifah bin Al Yaman dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaknya kalian beramar ma’ruf dan nahi munkar atau jika tidak, niscaya Allah akan mengirimkan siksa dari sisi-Nya kepada kalian, kemudian kalian berdoa kepada-Nya namun doa kalian tidak lagi dikabulkan.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad. Abu Isa (At-Tirmidzi) berkata: Hadits ini hasan).

4. Yang sangat penting dipahami adalah bahwa, terdapat 1001 macam, bentuk dan cara pengabulan doa! Sementara kebanyakan orang hanya memahami satu saja bentuk dan cara pengabulan doa. Yakni bahwa doa seseorang dikabulkan persis sesuai permintaan, tepat diwaktu (timing) dan tempat yang “didiktekan” dalam doanya! Sehingga ketika doanya tidak terkabul persis seperti itu, biasanya ia langsung menganggap dan mengklaim serta bersuudzan bahwa, doanya tidak didengar oleh Allah dan tidak dikabulkan. Padahal sebenarnya dikabulkan, hanya saja ia tidak memahami, tidak mengetahui dan tidak menyadarinya! Karena dikabulkan dengan cara lain, yang menurut Allah Yang Maha Mengetahui, cara lain itu lebih maslahat baginya!
Jadi ketika doa serasa tidak terkabul, ada dua kemungkinannya: Pertama, memang benar-benar tidak dikabulkan yang berarti tertolak, dan jelas karena ada syarat yang tidak terpenuhi atau ada faktor yang menghalangi, seperti telah disebutkan dimuka. Kedua, sebenarnya dikabulkan, namun dalam bentuk atau dengan cara lain, yang tidak dipahami atau tidak disadari oleh yang bersangkutan.
Dan secara garis besar, ada tiga bentuk pengkabulan dan penerimaan doa seorang pendoa: Pertama, dikabulkan secara umum sesuai dengan permintaan, meski waktu, tempat dan detail-detail lainnya bisa saja berbeda-beda. Kedua, dikabulkan tapi tidak sesuai dengan permohonan, melainkan diganti dengan yang lebih baik, yakni berupa dihindarkan dari keburukan atau marabahaya yang nilainya setara dengan yang diminta. Ketiga, diterima tapi tidak diberikan di dunia, melainkan disimpan dan dicatat berupa pahala yang setara dengan nilai doa dan permohonan.

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Tapi boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Karena Allah Yang Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 216).

أَنَّ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ حَدَّثَهُمْ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَا عَلَى الْأَرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللَّهَ بِدَعْوَةٍ إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ” فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: “اللَّهُ أَكْثَرُ” (رواه الترمذي، وقَالَ: وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ).

Bahwa ‘Ubadah bin Ash Shamit telah menceritakan kepada mereka bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada seorang muslimpun di muka bumi yang berdoa kepada Allah dengan sebuah doa, melainkan Allah akan memberikan kepadanya (sesuai doanya), atau memalingkan darinya keburukan yang setara dengan nilai doanya, selama ia tidak berdoa dengan doa dosa atau pemutusan tali silaturrahim” Kemudian ada seorang laki-laki dari orang-orang yang ada (di tempat) berkata: jika demikian kita perbanyak (berdoa yang banyak) saja. Beliaupun bersabda: “Allah lebih banyak pemberiannya.” (HR. At-Tirmidzi, dan beliau berkata; Ini adalah hadits hasan shahih).

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا”، قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: “اللَّهُ أَكْثَرُ” (رواه أحمد والحاكم).

Dari Abu Sa’id berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada seorang muslimpun yang berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa atau pemutusan tali silaturrahim, kecuali Allah akan memberinya tiga kemungkinan; disegerakan pengabulan doanya (di dunia ini), atau disimpan pahalanya untuknya untuk (diberikan) di akhirat, atau ia dijauhkan dari keburukan yang setara nilainya”. Para sahabat berkata: “Jika demikian kita perbanyak (berdoa yang banyak) saja”, beliau bersabda: “Allah memiliki yang lebih banyak (sebagai balasan dan pengkabulan” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).

5. Karena ketidaktahuan itu, sering sekali kita meminta apa-apa yang kita sangka baik atau lebih baik, maslahat atau lebih maslahat, baik dalam hal jenis dan macamnya, atau caranya, atau timing-nya, atau tempatnya, dan lain-lain. Padahal sebenarnya, dalam ilmu Allah Yang Maha Tahu tidaklah demikian. Maka Allah-pun, saat berkehendak mengabulkan doa kita, mengabulkannya sambil atau setelah “meralat” doa kita menjadi yang benar-benar lebih baik dan lebih maslahat bagi kita. Misalnya seseorang berdoa minta jodoh A, tapi “diralat” dengan diberi jodoh B atau C yang hakekatnya dalam ilmu Allah lebih baik dan lebih maslahat baginya. Atau suami-istri berdoa minta anak perempuan, tapi “diralat” dengan diberi anak laki-laki, karena Allah Maha Tahu, mereka lebih mampu mendidik anak laki-laki, atau sebaliknya. Atau seorang pedagang berdoa meminta untung sekian hari ini, tapi “diralat” dengan diberi kurang dari permintaannya itu, karena jika diberi persis sesuai permintaannya justru lebih madharat baginya. Dan begitu seterusnya.
Lalu yang juga paling sering terjadi, “ralat” itu tertuju pada waktu dan “timing” pengkabulan doa. Dimana seseorang berdoa meminta sesuatu hari ini misalnya, tapi “diralat” dan diberi besok, atau minta pekan ini, tapi “diralat” dan dikabulkan pekan depan atau pekan depannya lagi, atau meminta pada bulan atau tahun ini, namun “diralat” dan baru dikabulkan pada beberapa bulan atau beberapa tahun berikutnya. Dan bahkan ada yang doanya “diralat” “begitu ekstrem” sehingga baru dikabulkan justru setelah yang bersangkutan tiada, sehingga yang menerima dan merasakan pengkabulan doa tersebut adalah anak cucu yang bersangkutan. Mungkin disini penting kita mengambil ibrah dari pengkabulan doa Nabi Ibrahim ‘alahissalam yang baru terjadi setelah berabad-abad berlalu dari saat doa dipanjatkan. Yakni doa beliau seperti dalam QS. Al-Baqarah: 129, yang baru dikabulkan oleh Allah dengan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi dan rasul terakhir, seperti disebutkan para ulama tafsir.
Nah adanya “ralat-ralat” inilah yang biasanya menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksabaran, suudzan dan sikap mutung (ngambek) dari banyak pendoa, serta sekaligus menjadi salah satu penghalang utama terkabulnya doa-doa berikutnya!

6. Karena kondisi dan situasi saat ini, sangat boleh jadi kebanyakan doa kita justru “diralat” dan “dialihkan” ke bentuk dan jenis kedua dari pengkabulan doa yang disebutkan dalam hadits ‘Ubadah bin Ash-Shamit dan Abu Sa’id Al-Khudri diatas. Yakni banyak dan beragamnya potensi keburukan dan marabahaya yang mengancam setiap kita setiap saat di zaman sekarang, sangat boleh jadi telah menjadi faktor penyebab utama “peralatan” dan “pengalihan” itu. Dimana doa-doa kita dengan beragam tujuan dan kepentingan, meskipun memenuhi syarat, “terpaksa” tidak dikabulkan sesuai tujuan dan kepentingannya, melainkan “dipakai” untuk menghindarkan dan menyelamatkan kita dari berbagai potensi keburukan dan marabahaya yang bisa terjadi sewaktu-waktu setiap detik! Khususnya bagi kita yang jarang berdoa dengan doa-doa perlindungan diri. Namun kebanyakan kita tidak memahami dan tidak menyadari hal itu.

7. Dan tentu saja ujian penerimaan dan pengkabulan doa terberat adalah bentuk ketiga seperti dalam hadits diatas. Yakni, karena hikmah dan ke-Maha Tahu-an Allah, doa-doa kita tidak dikabulkan dengan bentuk pengkabulan apapun di dunia, melainkan disimpan dan dicatat sebagai pahala amal yang setara dengan nilai doa-doa itu, yang baru akan diberikan di akhirat, untuk memperberat timbangan amal kita nanti. Memang ini berat sekali di dunia, tapi nanti mungkin setiap kita membayangkan dan menginginkan andai seluruh doa yang dipanjatkannya di dunia tidak ada yang dikabulkan di dunia, melainkan ditambahkan sebagai pemberat timbangan amal shalih yang paling ia butuhkan saat itu!

Sekian artikel dari saya tentang  Amalan / Do'a untuk terhindar atau terbebas dari hutang, semoga bermanfaat dan terima kasih.
Jangan lupa untuk tetap berkunjung ke Nglaras-ati, untuk update artikel berikutnya.

Previous
Next Post »
0 Komentar